![]() |
Sejumlah awak media meminta klarifikasi koordinator SPPG, BGN. Foto/ong |
LokalNews.id — Baiq Silawati, Jurnalis Selavarang TV diduga menjadi korban intimidasi Koordinator Satuan Pelaksanaan Pemenuhan Gizi (SPPG), Badan Gizi Nasional (BGN) Agamawan Salam alias Wawan, saat meliput kondisi dapur umum Makan Bergizi Gratis (MBG), di Pondok Pesantren Yatim Piatu Yayasan Buak Ate Kembang Mate, milik Mantan Bupati Lombok Timur.
Insiden bermula saat proses pengambilan video di dapur umum MGB, di Rumbuk Timur, Kecamatan Sakra, Kabupaten Lombok Timur, NTB, pada Selasa (14/1/2024).
Dari keterangan Baiq Sila, dapur tempat proses pembuatan makanan bergizi untuk ribuan siswa tersebut kotor dan becek. Selain itu, selama beraktivitas, petugas dapur tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP).
"Kemarin saya berkunjung ke dapur makan bergizi gratis di Ponpesnya Pak Sukiman (Mantan Bupati Lombok Timur_red), ketemu penanggung jawabnya Wawan namanya. Pas ngambil gambar tiba-tiba saya disamperin dan disuruh masuk ke suatu ruangan,"tuturnya.
Dalam ruangan tersebut, awal mula tindakan intimidasi yang dialami Baiq Sila. Petugas BGN tersebut menjelaskan bahwa tidak diperkenankan mengambil gambar dengan alasan petugas tidak menggunakan APD.
"Jadi gambarnya dihapus sama dia, meskipun saya sudah berusaha mempertahankan,"tutur Baiq Sila.
Sementara itu, Koordinator SPPG, BGN, di Dapur Umum MGP Pondok Pesantren Yatim Piatu Yayasan Buak Ate Kembang Mate, Agamawan Salam, membantah telah melakukan intimidasi kepada Wartawan Selavarang TV.
"Tidak ada sifatnya kasar, lebih-lebih ke perempuan. Banyak saksinya,"kata Agamawan, saat dikonfirmasi sejumlah awak media, Rabu (15/1/2025).
Ia menuturkan, kronologis kejadian berawal dari info yang diterima dari stafnya. Bahwa salah seorang wartawan telah mengambil gambar di dapur umum. Sementara itu, intruksi dari BGN pusat tidak diperbolehkan mengambil gambar di dalam dapur.
Agamawan pun meminta wartawan tersebut menghapus gambar dan video yang telah diambilnya. Dalam SOP dapur, ia mengatakan tidak boleh mengambil gambar berdasarkan perintah GBN pusat. Karena enggan menghapus, Agamawan pun mengambil tindakan dengan menghapusnya sendiri.
"Takutnya pelanggaran saat kondisi tidak menggunakan APD, karena waktu itu masih dalam keadaan packing. Takutnya penilaian orang nanti lain, karena ini makan sehat bergizi,"katanya.
Lebih lanjut, Agamawan berharap rekan-rekan media memaklumi kondisi ini yang baru dua kali menyalurkan MBG. Menurutnya, evaluasi dan kekurangan pasti ada. (*)